Selasa, 25 Februari 2014

Tektonik Lempeng, Penyebab Bumi Menjadi Dinamis

Bumi ini tidak statis. Bumi ini selalu bergerak.

Iya. Bumi berputar pada porosnya yang dikenal dengan istilah rotasi.

Atau. Bumi bergerak mengitari matahari yang disebut dengan revolusi.

Bukan. Bukan itu maksud dari tulisan ini. Pembahasan ini akan menjelaskan mengenai proses yang terjadi di dalam bumi itu sendiri. Aktivitas yang tidak bisa kita lihat namun dapat kita rasakan. Aktivitas yang bertanggung jawab atas sebagian besar keanekaragaman bentukkan alam yang telah terbentuk. Aktivitas yang tercermin dari fenomena alam yang saat ini terjadi.

Aktivitas itu dinamakan tektonik lempeng.

Sebelum menginjak ke penjelasan ilmiah mengenai tektonik lempeng, tidak ada salahnya mengetahui sejarah perkembangan teori ini. Teori awal yang digunakan untuk menjelaskan fenomena tektonik lempeng adalah Teori Pengapungan Benua (Continental Drift). Awalnya pada tahun 1858, seorang yang bernama Antonio Snider-Pelligrini menunjukan bentuk kontinen terpisah dalam bukunya yang berjudul La Creation Mysteres Devoiles. Kemudian teori tersebut pada tahun 1920-an disempurnakan oleh ahli meteorologi berkebangsaan Jerman, bernama Alfred Wegener. Beliau mengemukakan bahwa pada awalnya dunia ini hanya memiliki satu benua yang sangat besar (supercontinent) yang disebut Pangea. Benua tersebut dikelilingi oleh satu samudra yang bernama Panthalasa. Kemudian pada sekitah 100 juta tahun yang lalu mulai terjadi pemisahan benua tersebut. Namun sayangnya, beliau tidak mampu menentukan gaya apa yang menyebabkan benua tersebut terpisah secara tepat. Beliau hanya memperkirakan bahwa kombinasi antara pasang surut dan rotasi bumi yang menyebabkan pergerakkan tersebut. Pada 1950, ahli fisika Inggris, Harlod Jeffreys mematahkan pendapat Wegener. Menurut Jeffreys, gaya pasang surut terlalu lemah untuk dapat menggerakkan benua. Barulah pada tahun 1960, H.H. Hess mengusulkan teori baru yaitu teori pemekaran lantai samudra (sea floor spreading). Teori ini menjelaskan bahwa samudra merupakan hasil pemekaran akibat adanya arus konveksi pada mantel yang memungkinan terjadinya pergerakan lempeng di atasnya sehingga benua pun dapat bergerak saling memisahkan diri. Teori inilah yang kemudian berkembang menjadi teori tektonik lempeng.

Pergerakkan Bumi Pelligrini vs Wegener
Pergerakkan Bumi Pelligrini vs Wegener
Kembali ke bahasan utama mengenai tektonik lempeng. Tektonik berarti pergerakkan. Sedangkan lempeng merupakan bagian atas dari Bumi. Jadi tektonik lempeng merupakan pergerakkan dari bagian atas bumi (litosfer). Pergerakkan ini dipicu oleh arus konveksi pada bagian bumi yang lebih dalam dan bersifat lebih cair atau dinamakan astenosfer. Konveksi merupakan istilah fisika yang berarti naik dan turunnya massa fluida akibat perbedaan densitas antara dua tempat. Konveksi pada fluida merupakan sarana perpindahan panas dari suatu posisi ke posisi lainnya atau dikenal sebagai konveksi termal (thermal convection). Secara sederhana, konveksi termal bisa diibaratkan seperti air yang sedang direbus di atas kompor. Aliran panas berpindah dari api di kompor melalui proses konduksi, kemudian aliran panas tersebut mengalir ke air dan panas menyebar ke selurah bagian air tersebut. Perpindahan panas di dalam air inilah yang dinamakan perpindahan panas secara konveksi atau arus konveksi. Kejadian ini serupa dengan yang terjadi di dalam permukaan bumi dengan skala yang jauh lebih besar. Arus konveksi ini mengalami perputaran di bagian mantel bumi sehingga menyebabkan pergerakan di atas mantel tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat ilustrasi di bawah ini.

Ilustrasi arus konveksi
Ilustrasi arus konveksi
Namun tidak hanya arus konveksi saja yang dapat menyebabkan lempeng bergerak. Di samping arus konveksi, ada pula daya penggerak (driving force) yang berperan. Daya tersebut yaitu, push ridge, slab pull, dan basal drag.
Batas antar lempeng tidak mengalami pergerakkan yang sama. Batas tersebut dibagi menjadi 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Batas divergen merupakan lempeng-lempeng bergerak saling menjauh, pada pusat pemekaran (spreading center) material selubung naik membentuk lantai samudra baru. Batas konvergen dicirikan dengan lempeng-lempeng yang saling bertumbukkan, salah satu menyusup dibawah yang lain membentuk zona subduksi atau saling bertumbukan (collision). Sedangkan pada batas transform, lempeng saling bersinggungan tanpa merusak lempeng. Gambaran batas tersebut nampak pada gambar di bawah ini.

Batas Pergerakkan Lempeng

Apalah arti teori tanpa bukti. Well, let’s see the evidences!

Bukti Semua Benua Pernah Tergabung
Bukti Semua Benua Pernah Tergabung
Gambar 1 memperlihatkan kesamaan fosil. Fosil yang dittemukan di Pantai Timur Afrika dan Pantai Barat Amerika hampir memiliki kesamaan. Tidak mungkin hewan darat dapat menyeberangi Samudra Atlantik pada zaman itu kecuali jika dua benua tersebut pernah tergabung.

Gambar 2 memperlihatkan kesamaan jenis batuan.Tidak hanya jenis, umur batuan di kedua tempat itu pun sama. Hal tersebut menandakan bahwa batuan yang menjadi komposisi kedua benua tersebut terbentuk pada waktu yang bersamaan.

Gambar 3 memperlihatkan paleoclimate dari jenis endapan yang hampir sejajar yang juga mengindikasikan bahwa kedua benua ini pernah bersatu.

Sebenarnya masih sangat banyak yang bisa dijelaskan mengenai tektonik lempeng ini karena efek dari tektonik sampai saat ini masih bisa rasakan dampaknya secara langsung. Mau tau lebih lengkapnya? Harap bersabar menanti pembahasan selanjutnya.

Ada pertanyaan? Tulis di kolom komentar. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar