Bumi ini tidak statis. Bumi ini selalu bergerak.
Iya. Bumi berputar pada porosnya yang dikenal dengan istilah
rotasi.
Atau. Bumi bergerak mengitari matahari yang disebut dengan
revolusi.
Bukan. Bukan itu maksud dari tulisan ini. Pembahasan ini
akan menjelaskan mengenai proses yang terjadi di dalam bumi itu sendiri. Aktivitas
yang tidak bisa kita lihat namun dapat kita rasakan. Aktivitas yang bertanggung
jawab atas sebagian besar keanekaragaman bentukkan alam yang telah terbentuk. Aktivitas
yang tercermin dari fenomena alam yang saat ini terjadi.
Aktivitas itu dinamakan tektonik lempeng.
Sebelum menginjak ke penjelasan ilmiah mengenai tektonik
lempeng, tidak ada salahnya mengetahui sejarah perkembangan teori ini. Teori awal
yang digunakan untuk menjelaskan fenomena tektonik lempeng adalah Teori
Pengapungan Benua (Continental Drift).
Awalnya pada tahun 1858, seorang yang bernama Antonio Snider-Pelligrini
menunjukan bentuk kontinen terpisah dalam bukunya yang berjudul La Creation Mysteres Devoiles. Kemudian
teori tersebut pada tahun 1920-an disempurnakan oleh ahli meteorologi
berkebangsaan Jerman, bernama Alfred Wegener. Beliau mengemukakan bahwa pada
awalnya dunia ini hanya memiliki satu benua yang sangat besar (supercontinent) yang disebut Pangea. Benua tersebut dikelilingi oleh satu
samudra yang bernama Panthalasa. Kemudian pada sekitah 100 juta tahun yang lalu
mulai terjadi pemisahan benua tersebut. Namun sayangnya, beliau tidak mampu
menentukan gaya apa yang menyebabkan benua tersebut terpisah secara tepat.
Beliau hanya memperkirakan bahwa kombinasi antara pasang surut dan rotasi bumi
yang menyebabkan pergerakkan tersebut. Pada 1950, ahli fisika Inggris, Harlod
Jeffreys mematahkan pendapat Wegener. Menurut Jeffreys, gaya pasang surut
terlalu lemah untuk dapat menggerakkan benua. Barulah pada tahun 1960, H.H.
Hess mengusulkan teori baru yaitu teori pemekaran lantai samudra (sea floor spreading). Teori ini
menjelaskan bahwa samudra merupakan hasil pemekaran akibat adanya arus konveksi
pada mantel yang memungkinan terjadinya pergerakan lempeng di atasnya sehingga
benua pun dapat bergerak saling memisahkan diri. Teori inilah yang kemudian
berkembang menjadi teori tektonik lempeng.
Pergerakkan Bumi Pelligrini vs Wegener |
Kembali ke bahasan utama mengenai tektonik lempeng. Tektonik
berarti pergerakkan. Sedangkan lempeng merupakan bagian atas dari Bumi. Jadi
tektonik lempeng merupakan pergerakkan dari bagian atas bumi (litosfer).
Pergerakkan ini dipicu oleh arus konveksi pada bagian bumi yang lebih dalam dan
bersifat lebih cair atau dinamakan astenosfer. Konveksi merupakan istilah
fisika yang berarti naik dan turunnya massa fluida akibat perbedaan densitas
antara dua tempat. Konveksi pada fluida merupakan sarana perpindahan panas dari
suatu posisi ke posisi lainnya atau dikenal sebagai konveksi termal (thermal convection). Secara sederhana,
konveksi termal bisa diibaratkan seperti air yang sedang direbus di atas
kompor. Aliran panas berpindah dari api di kompor melalui proses konduksi,
kemudian aliran panas tersebut mengalir ke air dan panas menyebar ke selurah
bagian air tersebut. Perpindahan panas di dalam air inilah yang dinamakan
perpindahan panas secara konveksi atau arus konveksi. Kejadian ini serupa
dengan yang terjadi di dalam permukaan bumi dengan skala yang jauh lebih besar.
Arus konveksi ini mengalami perputaran di bagian mantel bumi sehingga
menyebabkan pergerakan di atas mantel tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat ilustrasi di bawah ini.
Ilustrasi arus konveksi |
Namun tidak hanya arus konveksi saja yang dapat menyebabkan
lempeng bergerak. Di samping arus konveksi, ada pula daya penggerak (driving force) yang berperan. Daya
tersebut yaitu, push ridge, slab pull, dan basal drag.
Batas antar lempeng tidak mengalami pergerakkan yang sama.
Batas tersebut dibagi menjadi 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan
transform. Batas divergen merupakan lempeng-lempeng bergerak saling menjauh,
pada pusat pemekaran (spreading center)
material selubung naik membentuk lantai samudra baru. Batas konvergen dicirikan
dengan lempeng-lempeng yang saling bertumbukkan, salah satu menyusup dibawah
yang lain membentuk zona subduksi atau saling bertumbukan (collision). Sedangkan pada batas transform, lempeng saling
bersinggungan tanpa merusak lempeng. Gambaran batas tersebut nampak pada gambar
di bawah ini.
Batas Pergerakkan Lempeng |
Apalah arti teori tanpa bukti. Well, let’s see the evidences!
Bukti Semua Benua Pernah Tergabung |
Gambar 1 memperlihatkan kesamaan fosil. Fosil yang
dittemukan di Pantai Timur Afrika dan Pantai Barat Amerika hampir memiliki
kesamaan. Tidak mungkin hewan darat dapat menyeberangi Samudra Atlantik pada
zaman itu kecuali jika dua benua tersebut pernah tergabung.
Gambar 2 memperlihatkan kesamaan jenis batuan.Tidak hanya
jenis, umur batuan di kedua tempat itu pun sama. Hal tersebut menandakan bahwa
batuan yang menjadi komposisi kedua benua tersebut terbentuk pada waktu yang
bersamaan.
Gambar 3 memperlihatkan paleoclimate
dari jenis endapan yang hampir sejajar yang juga mengindikasikan bahwa kedua
benua ini pernah bersatu.
Sebenarnya masih sangat banyak yang bisa dijelaskan mengenai
tektonik lempeng ini karena efek dari tektonik sampai saat ini masih bisa
rasakan dampaknya secara langsung. Mau tau lebih lengkapnya? Harap bersabar
menanti pembahasan selanjutnya.
Ada pertanyaan? Tulis di kolom komentar. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar